Keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada Taksonomi Bloom,
merupakan urutan tingkatan berpikir (kognitif) dari tingkat rendah ke tinggi. Pada ranah kognitifnya, HOTS berada pada level
analisis, sintesis dan evaluasi. HOTS pertama kali dimunculkan pada tahun 1990
dan direvisi tahun 1990 agar lebih relevan digunakan oleh dunia pendidikan abad
ke-21. HOTS versi lama berupa kata benda yaitu: Pengetahuan, Pemahaman,
Terapan, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Sedangkan HOTS setelah direvisi menjadi
kata kerja: Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan
Mencipta.
Menurut
Mustaji (2012), definisi berpikir masih diperdebatkan di kalangan pakar
pendidikan. Diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda.
Walaupun tafsiran itu berbeda-beda, namun umumnya para tokoh pemikir setuju
bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari
makna dan pemahaman terhadap sesuatu.
Menurut
Krulik dan Rudnick (1999) di dalam artikel Idris Harta, keterampilan berfikir
terdiri dari empat tingkat, yaitu menghafal (recall thinking), dasar (basic
thinking), kritis (critical thinking),
dan kreatif (creative thinking).
Keterampilan
Menghafal hampir otomatis atau bersifat refleksif. Contoh dari keterampilan ini
adalah menghafal perkalian (9x8=72) dan penjumlahan (7+3=10). Menghafal jalan
menuju suatu tempat, menghafal sejarah nasional indonesia, juga termasuk dalam
keterampilan ini. Siswa, khususnya pada
kelas awal, seringkali dipaksa menghafal fakta-fakta.
Keterampilan
berikutnya adalah keterampilan dasar. Keterampilan ini mencakup konsep-konsep
seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian, termasuk aplikasi
dalam soal. Contoh dari konsep pembagian adalah jika diketahui harga 1 pak DVD
berisi 100 keping adalah 90.000, siswa disuruh mencari harga satuan setiap
keping DVD.
Berfikir
kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) di dalam Mustaji, adalah berpikir yang
benar dalam rangka mengetahui secara relevan dan reliabel tentang dunia.
Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab,
kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa
yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir
mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan,
mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sempat
pada kesimpulan yang reliabel dan terpercaya.
Berpikir
kreatif menurut Mustaji adalah berpikir secara konsisten dan terus-menerus
menghasilkan sesuatu ang kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan.
Menurut
Krulik dan Rudnick (1999), di dalam artikel Idris Harta (2010), untuk
mengembangkan berpikir kritis dan kreatif, diperlukan kegiatan-kegiatan lain
yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam
bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif, yaitu: Adakah Cara lain? (What’s
another way?), Bagaimana jika? (What if?), Manakah yang salah? (What’s wrong?),
dan Apakah yang akan dilakukan (What would you do?).
1. Adakah
Cara lain?
Contoh soal: Pada sebuah kandang ada 30
ekor kambing dan ayam. Jika 8 kambing dan 22 ayam jumlah kakinya ada 76, maka
berapakah jumlah kambing dan jumlah ayam pada kandang tersebut?
Jawaban 1:
misal:
jumlah kaki kambing=x
jumlah kaki ayam=y
x+y=30
4x+2y=76
Dengan
berbagai cara akan diperoleh jumlah kambing adalah 8 ekor, dan jumlah ayam
adalah 22 ekor. Selanjutnya ajukan pertanyaan kemungkinan cara lain untuk
mendapatkan jawaban yang sama.
2. Bagaimana jika?
Contoh
soal: Budi mengambil lima kartu bilangan bernilai 18, 20, 7, 9, dan 15.
Berapakah total nilai kartu-kartu bilangan tersebut? Dengan proses penjumlahan
sederhana, diperoleh jawaban 70. Bagaimana jika Budi mengambil lima kartu
dengan total nilai 70? kartu manakah yang diambilnya? Tentunya jawaban dari
pertanyaan terakhir ini memiliki banyak jawaban, yang memerlukan analisa, bukan
sekadar latihan penjumlahan.
3. Manakah yang salah?
Contoh
Soal: Pak Muslim membeli sekeping tripleks seharga Rp 125.000. Karena dia minta
tripleks tersebut dipotong menjadi 3 bagian yang sama, dia dikenakan biaya Rp
3500 sekali potong. Selanjutnya Pak Muslim harus membayar biaya pengecatan
sebesar 30 % dari seluruh biaya setelah pemotongan. Toko memberikan tanda
pembayaran sebagai berikut:
1 lembar
tripleks @ Rp 125000 Rp
125.000
3xpemotongan @
3500 Rp 10.500
+
Subtotal Rp
135.000
Pengecatan Rp 40.650
Total Rp
176.150
Pak Musllim mengatakan
biaya tersebut salah. Manakah yang salah?
Jawaban
siswa 1: Kesalahan terletak pada biaya pemotongan.
Diperlukan hanya 2x pemotongan untuk mendapat 3 bagian yang sama. Sehingga
biaya pemotongan hanya Rp 7000. Total biaya kelebihan Rp 3500. Sehingga biaya
total seharusnya 176.150-3500=172.650.
Jawaban
siswa 2: Siswa lain menunjuk kesalahan lainnya. Karena
biaya pengecatan tergantung pada subtotal yang tergantung pada harga triplex
dan ongkos pemotongan, maka biaya total akan lebih kecil daripada Rp
172.650. Dengan demikian siswa tidak hanya menggunakan keterampilan
kritis tetapi juga menggunakan keterampilan kreatifnya.
4. Apakah yang akan dilakukan?
Pertanyaan
ini diajukan untuk merangsang keterampilan berfikir kritis. Setelah
menjawab pertanyaan, siswa dihadapkan pada situasi untuk mengambil
keputusan. Keputusan ini dapat didasarkan pada ide pribadi, pengalaman
pribadi, atau apa saja sesuai keinginan siswa. Akan tetapi siswa harus
menjelaskan konsep matematika yang mendasari keputusan tersebut.
Penjelasan ini dapat dalam bentuk kalimat tertulis sehingga memberi kesempatan
pada siswa untuk berlatih keterampilan komunikasinya.
Kesimpulan
Pada
dasarnya semua soal dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis
dan kreatif. Yang dibutuhkan adalah
keinginan dan komitmen untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir
tinggi siswa. Selain itu dibutuhkan juga
keyakinan bahwa keterampilan di atas dapat diajarkan kepada semua siswa di
setiap tingkatan. Dengan keinginan,
komitmen dan keyakinan ini, kita sebagai guru akan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Sumber:
Idris Harta. Pertanyaan-Pertanyaan
Inovatif untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi.
http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran
(Mustaji)
Artikel yang bermanfaat, mohon izin share ya. Saya kopas di:
ReplyDeletehttps://afifkunaefi.wordpress.com/2017/03/31/higher-order-thinking-skills-hots/
Terimakasih...